Jakarta, Perasaan senang sekaligus tak percaya dirasakan pasangan Lily dan Watary saat dokter menyatakan sang istri hamil kembar 3. Namun kebahagiaan harus terenggut ketika Lily meregang nyawa akibat menunda persalinan caesar dan berharap 3 putri cantiknya tak lahir prematur.
Memiliki bayi kembar tiga sungguh menjadi hal luar biasa yang seharusnya dirasakan Watary Kurniawan dan Lily Ryana Lubis. Sayangnya, sang istri Lily tak sempat melihat betapa lucunya 3 malaikat kecil yang baru dilahirkanya bisa tumbuh dan berkembang. Lily meninggal dunia Rabu (10/8/2011), beberapa jam setelah melahirkan bayi kembar tiganya melalui operasi caesar.
"Oktober 2010 kita menikah. Desember 2010 kita dapat surprise karena Lily telat dan pakai testpack dan hasil positif. Cek ke dokter dinyatakan positif dengan gunakan USG transvaginal. Dua bulan sesudahnya ketika kontrol dokter dan USG, dinyatakan kembar 3. Entah shock berupa senang atau takut kita sempat nggak percaya. Nggak sampai sebulan kita kontrol ke dokter lagi untuk memastikan, padahal disuruh 1 bulan sekali. Akhirnya terlihat semua bahwa ada 3 janin," tulis Watary menceritakan betapa senangnya ia akan menjadi ayah dari bayi kembar tiga.
Dalam note Facebook yang diberi judul 'The Story of Dearest Lily', Watary menceritakan bagaimana ia dan Lily melalui proses kehamilan dan persalinan 3 malaikatnya.
Menurutnya, selama kontrol tekanan darah dan semuanya normal layaknya ibu hamil lainnya. Menginjak usia kehamilan minggu ke-4 hingga ke-5, kaki Lily mulai membesar. Setiap kontrol, Watary dan Lily selalu bertanya dan dokter mengatakan normal. Sampai usia kehamilan 29 minggu, tidak ada keluhan dari Lily, mereka malah sempat USG 4D dan melihat betapa lucunya si jabang bayi.
Jumat (5/8/2011), Lily mulai merasa sesak napas. Sebelum itu memang terasa sesak tidak terlalu terasa.
"Kata orang hal itu lumrah apalagi isi 3 maka kita nggak begitu panik," jelasnya.
Sabtu (6/8/2011), Lily merasakan sesak yang amat sangat bahkan hingga menangis. Ia langsung dilarikan ke rumah sakit. Setelah diperiksa dokter, saat itu juga Lily dinyatakan harus rawat inap dan untuk bernapas ia harus menggunakan bantuan oksigen.
Minggu (7/8/2011), Lily merasa baikan dan sesak terasa berkurang. Watary dan Lily malah sempat berpikir jika hari Senin atau Selasa sudah bisa pulang. Namun suster mengatakan harus menjalani operasi caesar pada hari Senin atau Selasa.
"Tapi Lily bilang sayang kalau terlalu cepat, karena dedeks masih betah di perutnya. Lily takut klo terlalu cepat nanti dedeks premature dan harus masuk inkubator, dan biayanya nggak sedikit, apalagi ada bayi yang saat itu ada RS dan masuk inkubator sudah hampir 1 bulan dan sudah menghabiskan sekitar 70 jt. Lily merasa biaya tersebut terlalu besar apalagi dikalikan 3. Dengan tekad kuat, dia bilang 'nanti aja tunggu seminggu lagi, biar dedeksnya sudah kuat dan matang'," tulis Watary.
Senin (8/8/2011) usai waktu sahur, Lily mulai agak sedikit batuk-batuk. Makin siang batuk makin menjadi dan makin sesak. Setelah makan siang, Lily baru diberi obat batuk. Namun saat Lily batuk dan buang ludah ke tisu, ada warna semu kemerahan.
Sekitar pukul 14.00, dokter kandungan datang untuk kontrol. Dokter kembali menanyakan apakah mau caesar besok atau masih menunggu sampai Lily kuat. Lily tetap menjawab "Nanti aja dok, dedeksnya masih betah di perut, sayang klo harus lahir sekarang".
"10 menit setelah dokter pulang, kami melihat kuku Lily agak biru, langsung aku lapor ke suster. Semua suster yang ada disitu panik dan langsung panggil dokter jaga, mereka cek tensi dan cek jantung dedeks. Dokter jaga langsung menghubungi dokter kandungan by phone karena dokternya sudah pulang. Dokter jaga bilang ke kita kalau harus caesar saat itu juga. Akhirnya kita bersiap-siap, semua cukup panik saat itu, tapi Lily terlihat tenang saat itu. Aku antar dia sampai pintu kamar operasi," tulis Watary.
Keluarga menunggu dan sekitar pukul 16.35 suster keluar langsung membawa tiga bayi mungil ke ruang bayi dan dimasukkan di inkubator serta dipasang selang oksigen dan infus.
"Mereka terlihat cepat dan panik karena kondisi dedeks yang premature. Karena aku melihat semua menghambur ke ruang bayi, aku langsung teriak ke keluarga 'Lily, Lily gimana.. jangan kesini semua'," tulis Watary.
Menurut dokter, Lily harus pemulihan karena harus diobservasi untuk sesak napasnya. Saat Watary datang, Lily terlihat tenang dan seperti terlepas bebannya. Mereka sempat ngobrol dan Watary menyuruh Lily untuk istirahat dan jangan banyak bicara. Keluarga mulai menjenguk ke ICU per 2 orang. Watary bertanya ke dokter ICU bagaimana kondisi Lily dan dijawab kondisinya stabil dan baik tapi masih harus observasi.
Lewat dari jam 7 malam, tak ada yang boleh masuk lagi ke ICU, semua keluarga menunggu di ruang tunggu. 10 menit kemudian, telepon di ruang tunggu berbunyi. Keluarga Lily dipanggil ke ruang ICU segera. Watary langsung panik dan berdoa semoga tidak terjadi apa-apa.
"Melihat aku masuk ke ICU dengan tergesa-gesa, semua keluarga jadi panik, tapi saat di ICU, aku cuma disodori kertas untuk Acc ke keuangan. Setiap beberapa menit aku selalu dipanggil ke ICU untuk Acc lagi. Tapi aku menyempatkan untuk bertemu Lily dan berbicara, saat itu Lily masih sadar dan aku selalu memegang tangannya dan mengelus rambutnya. Aku katakan ke dia kalau semua baik-baik saja," tulis Watary.
Sekitar pukul 20.00, Watary melihat ada rembesan darah di bawah selimut Lily. Suster menyuruhnya keluar, tapi sebelum keluar ia sempat bertanya dan suster hanya menjawab darah itu normal karena nifas.
"Nggak berapa lama aku dipanggil lagi. Lagi-lagi aku harus Acc keuangan lagi, harus pesan transfusi darah, untuk jaga-jaga katanya, tapi katanya kondisi Lily baik dan stabil," tulis Watary.
Jam 23.30 telepon berdering, karena Watary pikir hanya untuk ACC keuangan, ia tidak membangunkan ayah Lily. Tapi begitu masuk ruang ICU, badannya langsung gemetar dan lemas. Lily sedang dikelilingi oleh 2 dokter dan para suster.
"Aku shock, dada Lily sedang ditekan-tekan seperti menolong jantung. Aku lihat di layar kalau detak jantungnya 0. Langsung aku menangis dan tambah lemas, tak henti-hentinya aku berdoa kepada Allah SWT untuk kesembuhan Lily," tulis Watary.
Sambil menunjukkan hasil roentgen dokter mengatakan jantung Lily membesar dan tidak normal. Dokter curiga ada kelainan jantung. Tapi Watary langsung menjawab bahwa Lily tidak punya riwayat penyakit jantung.
Pukul 00.10, kondisi Lily mulai membaik. Detak jantungnya mulai normal. Watary sudah boleh menghampirinya. Namun belum ada 5 menit, Watary melihat di layar monitor bahw detak jantung Lily semakin menurun.
"Mereka (suster) mulai panik lagi dan berusaha menekan-nekan dadanya, mereka menyuntikkan obat. Aku mulai lagi gelisah, gemetar, lemas dan menangis. Aku berdoa lagi memohon dengan iba kepada Allah SWT," tulis Watary.
Tidak berapa lama, ayah Lily masuk ke ruang ICU. Watary masih menangis dan berdoa. Kemudian adik Lily juga masuk ke ICU. Saking lemasnya, Watary tidak kuat berdiri dan duduk sekitar 5 meter dari tempat Lily.
"Tiba-tiba aku lihat Ayah Lily menunduk dan Adik Lily menangis dengan sangat. Aku lihat suster menghampiri aku. 'Pak, yang tabah ya, kami sudah berusaha sekuat mungkin, ibu sudah tidak ada'. Astaghfirullah Alladzim, langsung aku menghampiri Lily dan menangis sejadinya, aku ciumi wajahnya dan bilang ke Lily, 'Yank, jangan pergi, nanti dedeks sama siapa?? Yank, bangun yank,' aku berusaha membangunkan Lily dan menciumi wajahnya. Aku Istighfar terus menerus dan berdoa untuk meminta mukjizat-Nya dan menolong Lily. Wajahnya saat itu masih hangat, tapi setelah aku genggam tangannya terasa dingin. Aku menangis sejadinya. Seseorang yang sangat aku cintai dan mencintaiku dengan tulus ternyata meninggalkanku. Terasa hancur hati ini melihat kenyataan ini.Sepertinya ini adalah titik paling nadir dalam hidupku. Sepertinya tidak ada yang bisa menggantikan dia untukku, ketulusan dan kasih sayangnya. Ya Allah.. bukakan pintu surga untuknya dan tempatkan dia disisi-Mu seperti yang Engkau janjikan yaitu syahid, jauhkan dia dari siksa api neraka dan siksa kubur dan lapangkanlah kuburnya," tulis Watary.
Di bagian keuangan pun Watary diberitahu bahwa biaya NICU untuk 'dedeks' bisa mencapai 3 juta per hari dan per orang. Watary diminta untuk mencicilnya beberapa hari sekali. Dokter anak pun tidak bisa memastikan kapan 'dedeks' bisa normal dan pulang.
"Ujian dan cobaan ini datang sekaligus menimpaku. Tapi demi perjuangan Lily untuk dedeks, aku harus bisa tabah dan tegar menghadapi semua ini," tulis Watary.
Saat dihubungi detikHealth melalui telepon, suara Watary masih terdengar parau. Ia mengatakan ketiga malaikat kecilnya kini sudah tidak berada di tabung inkubasi.
"Sekarang sudah keluar (dari inkubator) dan sudah stabil, tapi masih di sinar UV dan pakai oksigen dan infus. Sekarang masih di ruang intensive. Tadinya minum susu pakai selang, tapi sekarang sudah bisa pakai botol tapi masih bermasalah dan harus pasang oksigen lagi," ujar Watary saat dihubungi detikHealth, Jumat (12/8/2011).
Ketiga bayinya diberi nama Adeela Arlyana Watary (berat lahir 1450 g), Adeena Rilyana Watary (berat lahir 1400 g) dan Adeeva Lilyana Watary (1200 g) dan kini masih dirawat di RS Mitra Keluarga Bekasi.
Kini Watary hanya berharap ketiga malaikat kecilnya dapat segera sembuh dan bisa kembali ke rumah. Ia juga mengatakan bahwa banyak ibu yang menawarkan untuk menjadi donor ASI bagi ketiga bayinya.
"Banyak sih yang telepon, tapi kata dokter anaknya yang jadi donor ASI harus benar-benar sehat karena kondisi bayinya kan prematur. Dan kami kan Muslim, takutnya nanti jadi saudara sepersusuan," jelas Watary.
Untuk biaya rumah sakit, Watary mengatakan hingga saat ini sudah menghabiskan biaya sekitar 30 juta. Watary yang bekerja sebagai wiraswasta konveksi mengatakan masih berusaha mencari dana untuk melunasi semua biaya rumah sakit. Ia berusaha ikhlas dengan ujian yang diberikan kepadanya dan tegar agar bisa membesarkan ketiga putrinya.(mer/ir)
Memiliki bayi kembar tiga sungguh menjadi hal luar biasa yang seharusnya dirasakan Watary Kurniawan dan Lily Ryana Lubis. Sayangnya, sang istri Lily tak sempat melihat betapa lucunya 3 malaikat kecil yang baru dilahirkanya bisa tumbuh dan berkembang. Lily meninggal dunia Rabu (10/8/2011), beberapa jam setelah melahirkan bayi kembar tiganya melalui operasi caesar.
"Oktober 2010 kita menikah. Desember 2010 kita dapat surprise karena Lily telat dan pakai testpack dan hasil positif. Cek ke dokter dinyatakan positif dengan gunakan USG transvaginal. Dua bulan sesudahnya ketika kontrol dokter dan USG, dinyatakan kembar 3. Entah shock berupa senang atau takut kita sempat nggak percaya. Nggak sampai sebulan kita kontrol ke dokter lagi untuk memastikan, padahal disuruh 1 bulan sekali. Akhirnya terlihat semua bahwa ada 3 janin," tulis Watary menceritakan betapa senangnya ia akan menjadi ayah dari bayi kembar tiga.
Dalam note Facebook yang diberi judul 'The Story of Dearest Lily', Watary menceritakan bagaimana ia dan Lily melalui proses kehamilan dan persalinan 3 malaikatnya.
Menurutnya, selama kontrol tekanan darah dan semuanya normal layaknya ibu hamil lainnya. Menginjak usia kehamilan minggu ke-4 hingga ke-5, kaki Lily mulai membesar. Setiap kontrol, Watary dan Lily selalu bertanya dan dokter mengatakan normal. Sampai usia kehamilan 29 minggu, tidak ada keluhan dari Lily, mereka malah sempat USG 4D dan melihat betapa lucunya si jabang bayi.
Jumat (5/8/2011), Lily mulai merasa sesak napas. Sebelum itu memang terasa sesak tidak terlalu terasa.
"Kata orang hal itu lumrah apalagi isi 3 maka kita nggak begitu panik," jelasnya.
Sabtu (6/8/2011), Lily merasakan sesak yang amat sangat bahkan hingga menangis. Ia langsung dilarikan ke rumah sakit. Setelah diperiksa dokter, saat itu juga Lily dinyatakan harus rawat inap dan untuk bernapas ia harus menggunakan bantuan oksigen.
Minggu (7/8/2011), Lily merasa baikan dan sesak terasa berkurang. Watary dan Lily malah sempat berpikir jika hari Senin atau Selasa sudah bisa pulang. Namun suster mengatakan harus menjalani operasi caesar pada hari Senin atau Selasa.
"Tapi Lily bilang sayang kalau terlalu cepat, karena dedeks masih betah di perutnya. Lily takut klo terlalu cepat nanti dedeks premature dan harus masuk inkubator, dan biayanya nggak sedikit, apalagi ada bayi yang saat itu ada RS dan masuk inkubator sudah hampir 1 bulan dan sudah menghabiskan sekitar 70 jt. Lily merasa biaya tersebut terlalu besar apalagi dikalikan 3. Dengan tekad kuat, dia bilang 'nanti aja tunggu seminggu lagi, biar dedeksnya sudah kuat dan matang'," tulis Watary.
Senin (8/8/2011) usai waktu sahur, Lily mulai agak sedikit batuk-batuk. Makin siang batuk makin menjadi dan makin sesak. Setelah makan siang, Lily baru diberi obat batuk. Namun saat Lily batuk dan buang ludah ke tisu, ada warna semu kemerahan.
Sekitar pukul 14.00, dokter kandungan datang untuk kontrol. Dokter kembali menanyakan apakah mau caesar besok atau masih menunggu sampai Lily kuat. Lily tetap menjawab "Nanti aja dok, dedeksnya masih betah di perut, sayang klo harus lahir sekarang".
"10 menit setelah dokter pulang, kami melihat kuku Lily agak biru, langsung aku lapor ke suster. Semua suster yang ada disitu panik dan langsung panggil dokter jaga, mereka cek tensi dan cek jantung dedeks. Dokter jaga langsung menghubungi dokter kandungan by phone karena dokternya sudah pulang. Dokter jaga bilang ke kita kalau harus caesar saat itu juga. Akhirnya kita bersiap-siap, semua cukup panik saat itu, tapi Lily terlihat tenang saat itu. Aku antar dia sampai pintu kamar operasi," tulis Watary.
Keluarga menunggu dan sekitar pukul 16.35 suster keluar langsung membawa tiga bayi mungil ke ruang bayi dan dimasukkan di inkubator serta dipasang selang oksigen dan infus.
"Mereka terlihat cepat dan panik karena kondisi dedeks yang premature. Karena aku melihat semua menghambur ke ruang bayi, aku langsung teriak ke keluarga 'Lily, Lily gimana.. jangan kesini semua'," tulis Watary.
Menurut dokter, Lily harus pemulihan karena harus diobservasi untuk sesak napasnya. Saat Watary datang, Lily terlihat tenang dan seperti terlepas bebannya. Mereka sempat ngobrol dan Watary menyuruh Lily untuk istirahat dan jangan banyak bicara. Keluarga mulai menjenguk ke ICU per 2 orang. Watary bertanya ke dokter ICU bagaimana kondisi Lily dan dijawab kondisinya stabil dan baik tapi masih harus observasi.
Lewat dari jam 7 malam, tak ada yang boleh masuk lagi ke ICU, semua keluarga menunggu di ruang tunggu. 10 menit kemudian, telepon di ruang tunggu berbunyi. Keluarga Lily dipanggil ke ruang ICU segera. Watary langsung panik dan berdoa semoga tidak terjadi apa-apa.
"Melihat aku masuk ke ICU dengan tergesa-gesa, semua keluarga jadi panik, tapi saat di ICU, aku cuma disodori kertas untuk Acc ke keuangan. Setiap beberapa menit aku selalu dipanggil ke ICU untuk Acc lagi. Tapi aku menyempatkan untuk bertemu Lily dan berbicara, saat itu Lily masih sadar dan aku selalu memegang tangannya dan mengelus rambutnya. Aku katakan ke dia kalau semua baik-baik saja," tulis Watary.
Sekitar pukul 20.00, Watary melihat ada rembesan darah di bawah selimut Lily. Suster menyuruhnya keluar, tapi sebelum keluar ia sempat bertanya dan suster hanya menjawab darah itu normal karena nifas.
"Nggak berapa lama aku dipanggil lagi. Lagi-lagi aku harus Acc keuangan lagi, harus pesan transfusi darah, untuk jaga-jaga katanya, tapi katanya kondisi Lily baik dan stabil," tulis Watary.
Jam 23.30 telepon berdering, karena Watary pikir hanya untuk ACC keuangan, ia tidak membangunkan ayah Lily. Tapi begitu masuk ruang ICU, badannya langsung gemetar dan lemas. Lily sedang dikelilingi oleh 2 dokter dan para suster.
"Aku shock, dada Lily sedang ditekan-tekan seperti menolong jantung. Aku lihat di layar kalau detak jantungnya 0. Langsung aku menangis dan tambah lemas, tak henti-hentinya aku berdoa kepada Allah SWT untuk kesembuhan Lily," tulis Watary.
Sambil menunjukkan hasil roentgen dokter mengatakan jantung Lily membesar dan tidak normal. Dokter curiga ada kelainan jantung. Tapi Watary langsung menjawab bahwa Lily tidak punya riwayat penyakit jantung.
Pukul 00.10, kondisi Lily mulai membaik. Detak jantungnya mulai normal. Watary sudah boleh menghampirinya. Namun belum ada 5 menit, Watary melihat di layar monitor bahw detak jantung Lily semakin menurun.
"Mereka (suster) mulai panik lagi dan berusaha menekan-nekan dadanya, mereka menyuntikkan obat. Aku mulai lagi gelisah, gemetar, lemas dan menangis. Aku berdoa lagi memohon dengan iba kepada Allah SWT," tulis Watary.
Tidak berapa lama, ayah Lily masuk ke ruang ICU. Watary masih menangis dan berdoa. Kemudian adik Lily juga masuk ke ICU. Saking lemasnya, Watary tidak kuat berdiri dan duduk sekitar 5 meter dari tempat Lily.
"Tiba-tiba aku lihat Ayah Lily menunduk dan Adik Lily menangis dengan sangat. Aku lihat suster menghampiri aku. 'Pak, yang tabah ya, kami sudah berusaha sekuat mungkin, ibu sudah tidak ada'. Astaghfirullah Alladzim, langsung aku menghampiri Lily dan menangis sejadinya, aku ciumi wajahnya dan bilang ke Lily, 'Yank, jangan pergi, nanti dedeks sama siapa?? Yank, bangun yank,' aku berusaha membangunkan Lily dan menciumi wajahnya. Aku Istighfar terus menerus dan berdoa untuk meminta mukjizat-Nya dan menolong Lily. Wajahnya saat itu masih hangat, tapi setelah aku genggam tangannya terasa dingin. Aku menangis sejadinya. Seseorang yang sangat aku cintai dan mencintaiku dengan tulus ternyata meninggalkanku. Terasa hancur hati ini melihat kenyataan ini.Sepertinya ini adalah titik paling nadir dalam hidupku. Sepertinya tidak ada yang bisa menggantikan dia untukku, ketulusan dan kasih sayangnya. Ya Allah.. bukakan pintu surga untuknya dan tempatkan dia disisi-Mu seperti yang Engkau janjikan yaitu syahid, jauhkan dia dari siksa api neraka dan siksa kubur dan lapangkanlah kuburnya," tulis Watary.
Di bagian keuangan pun Watary diberitahu bahwa biaya NICU untuk 'dedeks' bisa mencapai 3 juta per hari dan per orang. Watary diminta untuk mencicilnya beberapa hari sekali. Dokter anak pun tidak bisa memastikan kapan 'dedeks' bisa normal dan pulang.
"Ujian dan cobaan ini datang sekaligus menimpaku. Tapi demi perjuangan Lily untuk dedeks, aku harus bisa tabah dan tegar menghadapi semua ini," tulis Watary.
Saat dihubungi detikHealth melalui telepon, suara Watary masih terdengar parau. Ia mengatakan ketiga malaikat kecilnya kini sudah tidak berada di tabung inkubasi.
"Sekarang sudah keluar (dari inkubator) dan sudah stabil, tapi masih di sinar UV dan pakai oksigen dan infus. Sekarang masih di ruang intensive. Tadinya minum susu pakai selang, tapi sekarang sudah bisa pakai botol tapi masih bermasalah dan harus pasang oksigen lagi," ujar Watary saat dihubungi detikHealth, Jumat (12/8/2011).
Ketiga bayinya diberi nama Adeela Arlyana Watary (berat lahir 1450 g), Adeena Rilyana Watary (berat lahir 1400 g) dan Adeeva Lilyana Watary (1200 g) dan kini masih dirawat di RS Mitra Keluarga Bekasi.
Kini Watary hanya berharap ketiga malaikat kecilnya dapat segera sembuh dan bisa kembali ke rumah. Ia juga mengatakan bahwa banyak ibu yang menawarkan untuk menjadi donor ASI bagi ketiga bayinya.
"Banyak sih yang telepon, tapi kata dokter anaknya yang jadi donor ASI harus benar-benar sehat karena kondisi bayinya kan prematur. Dan kami kan Muslim, takutnya nanti jadi saudara sepersusuan," jelas Watary.
Untuk biaya rumah sakit, Watary mengatakan hingga saat ini sudah menghabiskan biaya sekitar 30 juta. Watary yang bekerja sebagai wiraswasta konveksi mengatakan masih berusaha mencari dana untuk melunasi semua biaya rumah sakit. Ia berusaha ikhlas dengan ujian yang diberikan kepadanya dan tegar agar bisa membesarkan ketiga putrinya.(mer/ir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar