Jumat, 30 Juli 2010

MALAM PERTAMA YANG MENGESANKAN

Aku lupa kapan tepatnya pesan ini masuk ke inbox FBq, yang aku ingat adalah aku membacanya ba’da magrib. Jadi merinding membacanya. Biar banyak yang baca dan banyak yang makin merasakan manfaatnya dan bisa membuat hidup ini lebih hidup.

Satu hal sebagai bahan renungan Kita…
Tuk merenungkan indahnya malam pertama
Tapi bukan malam penuh kenikmatan duniawi semata
Bukan malam pertama masuk ke peraduan Adam Dan Hawa

Justru malam pertama perkawinan kita dengan Sang Maut
Sebuah malam yang meninggalkan isak tangis sanak
saudara
Hari itu…mempelai sangat dimanjakan
Mandipun…harus dimandikan
Seluruh badan Kita terbuka….
Tak Ada sehelai benangpun menutupinya. .
Tak Ada sedikitpun rasa malu…
Seluruh badan digosok Dan dibersihkan
Kotoran dari lubang hidung dan anus dikeluarkan
Bahkan lubang - lubang itupun ditutupi kapas putih…
Itulah sosok Kita….
Itulah jasad Kita waktu itu

Setelah dimandikan.. .,
Kitapun kan dipakaikan gaun cantik berwarna putih
Kain itu ….jarang orang memakainya..
Karena bermerk sangat terkenal bernama Kafan
Wewangian ditaburkan ke baju Kita…
Bagian kepala..,badan. .., Dan kaki diikatkan
Tataplah…. tataplah. ..itulah wajah Kita
Keranda pelaminan… langsung disiapkan
Pengantin bersanding sendirian…

Mempelai di arak keliling kampung bertandukan tetangga
Menuju istana keabadian sebagai simbol asal usul
Kita diiringi langkah gontai seluruh keluarga
Serta rasa haru para handai taulan
Gamelan syahdu bersyairkan adzan dan kalimah Dzikir
Akad nikahnya bacaan talkin…
Berwalikan liang lahat..
Saksi - saksinya nisan-nisan. .yang tlah tiba duluan
Siraman air mawar..pengantar akhir kerinduan

Dan akhirnya…. . Tiba masa pengantin..
Menunggu Dan ditinggal sendirian…
Tuk mempertanggungjawab kan seluruh langkah kehidupan
Malam pertama bersama KEKASIH..
Ditemani rayap - rayap Dan cacing tanah
Di kamar bertilamkan tanah..
Dan ketika 7 langkah tlah pergi….
Kitapun kan ditanyai oleh sang Malaikat…
Kita tak tahu apakah akan memperoleh Nikmat Kubur…
Ataukah Kita kan memperoleh Siksa Kubur…..
Kita tak tahu…Dan tak seorangpun yang tahu….
Tapi anehnya Kita tak pernah galau ketakutan… ..
Padahal nikmat atau siksa yang kan kita terima
Kita sungkan sekali meneteskan air mata…
Seolah barang berharga yang sangat mahal…

Dan Dia Kekasih itu.. Menetapkanmu ke syurga..
Atau melemparkan dirimu ke neraka..
Tentunya Kita berharap menjadi ahli syurga…
Tapi….tapi …..sudah pantaskah sikap kita selama
ini…
Untuk disebut sebagai ahli syurga

Baca jika anda ada waktu untuk ALLAH.
Bacalah hingga habis.
Saya hampir membuang email ini namun saya telah diberi
anugerah untuk membaca terus hingga ke akhir.

ALLAH, bila saya membaca tulisan ini, saya pikir saya
tidak ada waktu untuk ini….
Lebih lebih lagi diwaktu kerja. Kemudian saya tersadar
bahwa pemikiran semacam inilah yang ….
Sebenarnya, menimbulkan pelbagai masalah di dunia
ini.

Kita coba menyimpan ALLAH didalam MASJID pada hari
Jum’at……
Mungkin malam JUM’AT?
Dan sewaktu solat MAGRIB SAJA?
Kita suka ALLAH pada masa kita sakit….
Dan sudah pasti waktu ada kematian…

Walau bagaimanapun kita tidak ada waktu atau ruang
untuk ALLAH waktu bekerja atau bermain?
Karena…
Kita merasakan diwaktu itu kita mampu dan sewajarnya
mengurus sendiri tanpa bergantung padaNYA.
Semoga ALLAH mengampuni aku karena menyangka… …
Bahwa nun di sana masih ada tempat dan waktu dimana
ALLAH bukan lah yang paling utama dalam hidup ku (nauzubillah)

Kita sepatutnya senantiasa mengenang akan segala yang
telah DIA berikan kepada kita.
DIA telah memberikan segala-galanya kepada kita
sebelum kita meminta.

ALLAH
Dia adalah sumber kewujudanku dan Penyelamatku
IA lah yang mengerakkan ku setiap detik dan hari.
TanpaNYA aku adalah AMPAS yang tak berguna.

Susah vs. Senang
Kenapa susah sekali menyampaikan kebenaran?

Kenapa mengantuk dalam MASJID tetapi ketika selesai
ceramah kita segar kembali?

Kenapa mudah sekali membuang e-mail agama tetapi kita
bangga mem “forward” kan email yang tak senonoh?
Hadiah yang paling istimewa yang pernah kita terima.
Solat adalah yang terbaik…. Tidak perlu bayaran ,
tetapi ganjaran lumayan.
Notes: Tidak kah lucu betapa mudahnya bagi manusia
TIDAK Beriman PADA ALLAH
setelah itu heran kenapakah dunia ini menjadi neraka
bagi mereka.
Tidakkah lucu bila seseorang berkata “AKU BERIMAN PADA ALLAH” TETAPI SENTIASA MENGIKUT SYAITAN. (who, by the way, also “believes” in ALLAH ).

Tidakkah lucu bagaimana anda mampu mengirim ribuan
email lawak yang akhirnya tersebar bagai api yang tidak terkendali.,
tetapi bila anda mengirim email mengenai ISLAM, sering orang berpikir 10
kali untuk berkongsi?

Tidakkah mengherankan bagaimana bila anda mulai
mengirim pesan ini anda tidak akan mengirim kepada semua rekan anda
karena memikirkan apa tanggapan mereka terhadap anda atau anda tak pasti
apakah mereka suka atau tidak?.

Tidakkah mengherankan bagaimana anda merasa risau
akan tanggapan orang kepada saya lebih dari tanggapan ALLAH terhadap
anda.

Aku berDOA , untuk semua yang mengirim pesan ini
kepada semua rekan mereka di rahmati ALLAH.

dariku:
Ya Allah semoga Engkau anugerahkan kami kemampuan untuk mempersiapkan hari itu dengan baik, untuk mengisi hari- hari kami dengan kegiatan- kegiatan yang bermanfaat dengan niat hanya untuk beribadah kepadaMu, Ya Rabb. Aamiin.

M-A-S-A-K-O


“Mak…. Aku malu. Kenapa namaku ‘Masako’? Kayak bumbu masak aja? Masa orang desa namanya Masako? Kenapa Mak?” Tanyaku sore itu dengan sedikit merengek.

Emakku menatapku dengan wajah dingin. Tatapan beku dan tak ada secuilpun kalimat mengalir untuk menjawab pertanyaanku.

“Emak… Aku cuman pengen tahu, kenapa namaku Masako?” Aku bertanya lagi dan emakku tetap seperti biasanya, hanya diam. Dia sibuk dengan adonan untuk membuat bakso. Aku masih ingin terus bertanya, tapi emak masih saja menguleni adonan yang akan dibentuk menjadi bulatan bulatan bakso. Baginya lebih penting bakso itu dari pada pertanyaanku. Memang, dengan membuka warung bakso di depan rumah inilah, emakku bisa membiayai hidupku.

Tapi aku masih saja penasaran, kenapa namaku Masako? Kenapa bukan Sinta, Indah, Dewi ataukah Surtiah? Tiba tiba saja ibu berhenti membuat bakso dan berkata, “Ya sudah, kalau begitu besok kamu emak panggil Santi. Puas?”

Sejak saat itu aku tak pernah lagi menanyakan kepada emak, kenapa namaku Masako. Tapi, semakin beranjak besar aku semakin penasaran. Emakku semakin membisu. Saat dia menatap wajahku, dia seperti mengingat kejadian di masa lampau yang begitu menusuk hatinya. Sama sekali aku tak pernah mendengar asal muasalku dari mulut emakku. Justru aku dengar dari mulut mulut nyinyir yang entah mereka mendapatkan berita itu dari mana? Dari berita itu yang kudengar, bapakku seorang Jepang yang meniduri emakku. Aku lahir tanpa dikehendaki kedua orang tuaku. Aku ini anak haram!.Ada yang mengatakan, ibuku dulu seorang JUGUN IANFU. Ketika masih muda dia ditangkap Jepang, dan harus melayani nafsu tentara jepang setiap hari. Dan salah satu dari mereka membuahi rahim ibuku, maka jadilah aku. Tapi itu tak mungkin. Emakku lahir sekitar tahun 60-an.Aku lahir 80-an, dan Jepang hengkang dari Indonesia tahun 1945. Apakah mungkin emakku seorang Jugun Ianfu?

Dari mulut nyinyir itu, aku dengar sebuah kisah. Dulu hidup emakku sangat melarat. Emak pergi ke kota untuk melacur. Tapi ada satu orang yang bercerita padaku tentang emakku dan kali ini beritanya berbeda dari berita berita yang sudah ku dengar. Mak Sunar menceritakan betapa simpatiknya emakku. Suatu ketika ada seorang paruh baya datang ke kampung dan menawarkan pekerjaan yang menggiurkan gajinya. Dalam pikiran emakku, pekerjaan ini akan mengangkat keluarganya dari kemiskinan. Maka berangkatlah emakku yang tak mengetahui kalau pekerjaan yang dijanjikan itu adalah pekerjaan nista.

“Saat itu, emakmu berjuang untuk menghidupi keluarganya, nduk….”

“Tapi kenapa emak mau?”

“Emakmu harus mau. Kalau tidak, makan apa keluarganya?”

Mak Sunar terus menceritakan tentang emakku. Dukun beranak yang menyelematkan emakku saat melahirkanku ini sudah tua. Tapi meskipun tua, beliau terlihat sehat dengan giginya yang masih utuh dan berwarna kemerahan karena mengunyah sirih dan tembakau.

Emakku, masih cerita dari Mak Sunar, pernah tinggal di kota. Disanalah dia mengenal bapakku. Bapakku memerlukan emakku hanya sebagai tempat membuang lendirnya saja. Hampir setiap saat. Sampai sampai emakku hanya dipakai oleh bapakku saja. Tak ada lelaki lain. Emakku hamil. Dan bapakku kembali pulang ke Jepang, sementara emakku pulang dengan keadaan perut membesar. Emak melahirkan di kampung dan tak pernah kembali lagi ke kota.

####

Suatu hari, datanglah empat lelaki bertkulit putih dan bermata sipit, ke gubug kami. Emak menemui mereka sementara tetangga pada ramai memenuhi halaman rumah kami. Para tetangga sibuk dengan gunjingan baru. Emakku menerima tamu dan menjual tubuhnya untuk keempat tamu istimewa ini.
Emak tenang sekali menghadapi mereka. Aku sama sekali tak paham bahasanya. Emak berbisik padaku, kalau para tamu ini semua dari Jepang. Aku terus mengamati mereka satu persatu dan membandingkannya dengan diriku. Jangan jangan, salah satu dari mereka adalah bapakku. Emak sesekali menjawab pertanyaan mereka. Aku terus sibuk mereka reka apa yang mereka bicarakan. Tiba tiba saja air mata emak meleleh.

“Bapakmu meninggal Sako…” suara lirih emakku memenuhi gendang telingaku.

Aku tertegun, bingung. Baru pertama kali emak mengatakan satu hal tentang bapakku. Tapi sayang beliau sudah meninggal. Emak lalu bercerita, bapakku sakit keras. Selama beliau sakit, ingin sekali berliau bertemu anaknya yaitu aku. Bapakku bernama Ichiro Ushida. Usianya dua kali lipat emakku. Ketika di kota, emakku jadi pembantu rumah tangga di rumah Ichiro. Kemudian statusnya meningkat menjadi istri kedua. Sayangnya, Ichiro tak mau punya anak. Dia meminta emakku untuk menggugurkannya. Tapi emak menolak dan memilih pulang. Ichiro berpesan, bila anaknya lahir agar diberi nama Masako. Emak setuju dan pulang ke kampung dengan perut besar. Sementara Ichiro dengan istri pertamanya, tak mempunyai anak. Di akhir hayatnya, Ichiro menepati janjinya mencari aku dan emak. Menjelang ajalnya, dia menulis wasiat, memberikan seluruh hartanya untukku.

Dalam sekejap hidupku berubah. Kami sangat kaya. Rumah kami yang hanya berdinding bambu, kini megah dengan dinding batu. Perabotan berubah, semua dari kayu jati. Ibu membeli dua buah ruko dan membuka cabang warung bakso disana. Tak terdengar lagi mulut nyinyir seperti dulu. Sikap tetanggaku berubah drastis. Teman temanku yang dulu memanggilku si anak haram, kini berubah total menjadi baik padaku. Kekayaan telah menyulap segalanya. Kehormatan dan martabat bisa datang jika kita berlimpah materi. Itu yang membuatku semakin teriris. Pandangan hidup masyarakat kita ternyata masih lekat sekali dengan yang namanya MATERI.

^_^

*** Aku Ingin Menjadi Wanita Solehah...Mampukah?? ***


The beauty of a woman is not in the clothes she wears, the figure that she carries,or the way she combs her hair. The beauty of a woman must be seen in her eyes,because that is the doorway to her heart, the place where love resides. The beauty of a woman is not in a facial mole, But true beauty in a woman is reflected in her soul. It is the caring that she lovingly gives, the passion that she shows and the beauty of a woman. With passing years-only grows!


Mampukah aku menjadi seperti Siti Khatijah?

Agung cintanya pada Allah dan Rasulullah
Hartanya diperjuangkan ke jalan fisabilillah
Penawar hati kekasih Allah
Susah dan senang rela bersama...

Dapatkah ku didik jiwa seperti Siti Aishah?
Isteri Rasulullah yang bijak
Pendorong kesusahan dan penderitaan
Tiada sukar untuk dilaksanakan...

Mengalir air mataku
Melihat pegorbanan puteri solehah Siti Fatimah
Akur dalam setiap perintah
Taat dengan ayahnya, yang sentiasa berjuang
Tiada memiliki harta dunia
Layaklah dia sebagai wanita penghulu syurga...

Ketika aku marah
Inginku intip serpihan sabar
Dari catatan hidup Siti Sarah....

Tabah jiwaku
Setabah umi Nabi Ismail
Mengendong bayinya yang masih merah
Mencari air penghilang dahaga
Diterik padang pasir merak
Ditinggalkan suami akur tanpa bantah
Pengharapannya hanya pada Allah
Itulah wanita Siti Hajar....

Mampukah aku menjadi wanita solehah?
Mati dalam keunggulan iman
Bersinar indah, harum tersebar
Bagai wanginya pusara Masyitah....

Jadilah Seperti PENSIL


Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat.

“Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?”

Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya,

“Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu PENSIL yang nenek pakai. Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti”, ujar si nenek lagi.

Mendengar jawaban ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai.

“Tapi nek, sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya”, Ujar si cucu.

Si nenek kemudian menjawab,

“Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini. Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini”,


Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil.

Pertama:

Pensil mengingatkan kamu kalau kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya Allah, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya”.

Kedua:

Dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik”.

Ketiga:

Pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar”.

Keempat:

Bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu”.

Kelima:

Sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan…Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan tinggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan”



Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah ini

Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda note ini bermanfaat

●●PADA SAAT AKU MATI●●


Dalam gurau-senda malam ini
Tak sAdar mungkin Izrail sedang menghampiri diri....
Akan sempatkah berita itu kukhabarkan?
Pada anak-anak…
Pada kakak, abang dan adik…
Pada kekasih dan handai-taulan…
Atau mungkin aku tergeletak seorang diri…?
Dalam hening subuh berulit mimpi
Tak sadar mungkin Izrail sudah ada di sisi…


Dalam imankah nanti aku mati?
Syahadahkah penutup kata,,,
Zikir dan tahmidkah memenuhi dada…
Bacaan surah Yassinkah yang bakal berdendang di telinga…
Atau hanya keluh-kesah menghadapi sakratul mautnya…?


Pertanyaan yang tak bisa akan terjawab
Aku cuma ridho dalam hening doa yang mengharap
Menghadapi kematian dalam ikhsan dan limpah-rahmat-Nya
Menjejaki sang Rosul berhimpun bersama syuhada…

ANAK KATAK DAN HUJAN


Ada kegundahan tersendiri yang dirasakan seekor anak
katak ketika langit tiba-tiba gelap.

"Bu, apa kita akan binasa ? Kenapa langit tiba-tiba gelap ?
ucap anak katak sambil merangkul erat lengan induknya.
Sang ibu menyambut rangkulan itu dengan belaian
lembut "Anakku," ucap sang induk kemudian.
"Itu bukan pertanda kebinasaan kita. Justru, itu tanda baik,"
jelas induk katak sambil terus membelai. Dan anak katak itu
pun mulai tenang.

Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Tiba-tiba angin
bertiup kencang. Daun dan tangkai kering yang berserakan
mulai berterbangan. Pepohonan meliuk-liuk dipermainkan
angin. Lagi-lagi, suatu pemandangan menakutkan buat si anak
katak kecil. "Ibu, itu apa lagi ? Apa itu yang kita tunggu-tunggu ?"
tanya si anak katak sambil bersembunyi di balik tubuh induknya.

"Anakkku, itu cuma angin," ucap sang induk tak terpengaruh keadaan.
"Itu juga pertanda kalau yang kita tunggu pasti datang!"
tambahnya begitu menyenangkan. Dan anak katak itu pun
mulai tenang. Ia mulai menikmati tiupan angin kencang yang
tampak menakutkan.

"BLAAARR !!!! Suara petir menyambar-nyambar.
Kilatan cahaya putihpun kian menjadikan suasana begitu
menakutkkan. Kali ini, si anak katak tak lagi bisa bilang
apa-apa. Ia bukan saja merangkul dan sembunyi di balik
tubuh induknya. Tapi juga gemetar.

"Buuu, aku sangat takut. Takut sekali!" ucapnya sambil terus
memejamkan mata.
"Sabar, anakku ! Ucapnya sambil terus membelai.
"Itu cuma petir. Itu tanda ketiga kalau yang kita tunggu
tak lama lagi datang ! Keluarlah. Pandangi tanda-tanda yang
tampak menakutkan itu. Bersyukurlah, karena hujan tak lama
lagi datang." ungkap sang induk katak begitu tenang.

Anak katak itu mulai keluar dari balik tubuh induknya.
Ia mencoba mendongak, memandangi langit yang hitam,
angin yang meliuk-liukkan dahan, dan sambaran petir yang
begitu menyilaukan. Tiba-tiba, ia berteriak kencang,
"Ibu, hujan datang. Hujan datang!! Horreeee !"

Anugerah hidup kadang tampil melalui rute yang tidak
diinginkan. Ia tidak datang diiringi dengan tiupan seruling
merdu. Tidak diantar oleh dayang-dayang nan rupawan.
Tidak disegarkan dengan wewangian harum. Saat itulah,
tidak sedikit manusia yang akhirnya dipermainkan keadaan.

Persis sama anak katak yang takut cuma karena langit hitam,
angin yang bertiup kencang, dan kilatan petir yang
menyilaukan. Padahal, itulah sebenarnya tanda-tanda hujan.

Benar apa yang diucapkan induk katak : jangan takut
melangkah, jangan sembunyi dari kenyataan, sabar dan
hadapi. Karena hujan yang ditunggu akan datang.

Setelah kesukaran ada kemudahan.
Sesungguhnya setelah kesukaran itu ada kemudahan.

Rabu, 28 Juli 2010

MONYET DI PUCUK POHON KELAPA


Sahabat, ada cerita seekor monyet sedang nangkring di pucuk pohon kelapa. Dia nggak sadar lagi diintip sama tiga angin gede.

Angin Topan, Tornado sama Bahorok. Tiga angin itu rupanya pada ngomongin, siapa yang bisa paling cepet jatuhin si monyet dari pohon kelapa.

Angin Topan bilang, dia cuma perlu waktu 45 detik.

Angin Tornado nggak mau kalah, 30 detik.

Angin Bahorok senyum ngeledek, 15 detik juga jatuh tuh monyet.

Akhirnya satu persatu ketiga angin itu maju. Angin TOPAN duluan, dia tiup sekenceng-kencengny a, Wuuusss

Merasa ada angin gede datang, si monyet langsung megang batang pohon kelapa. Dia pegang sekuat-kuatmya. Beberapa menit lewat, nggak jatuh-jatuh tuh monyet. Angin Topan pun nyerah.

Giliran Angin TORNADO. Wuuusss¦ Wuuusss! Dia tiup sekenceng-kencengnya. Ngga jatuh juga tuh monyet. Angin Tornado nyerah.

Terakhir, Angin BAHOROK. Lebih kenceng lagi dia tiup. Wuuuss¦ Wuuuss! Wuuuss¦ Si monyet malah makin kenceng pegangannya. Nggak jatuh-jatuh. Ketiga angin gede itu akhirnya ngakuin, si monyet memang jagoan. Tangguh. Daya tahannya luar biasa.

Ngga lama, datang angin Sepoi-Sepoi. Dia bilang mau ikutan jatuhin si monyet. Diketawain sama tiga angin itu. Yang gede aja nggak bisa, apalagi yang kecil.

Nggak banyak omong, Angin SEPOI-SEPOI langsung niup ubun-ubun si monyet. Psssss¦ Enak banget. Adem.. Seger..¦ Riyep-riyep matanya si monyet. Nggak lama ketiduran dia. Lepas pegangannya. Jatuh deh tuh si monyet.

Sahabat, dari kisah diatas hikmah yang bisa kita ambil adalah:

Boleh jadi ketika kita diuji dengan KESUSAHAN, dicoba dengan Penderitaan,
didera Malapetaka.. .
Kita kuat, bahkan lebih kuat dari sebelumnya.. .

Tapi jika kita diuji dengan
KENIKMATAN.. .
KESENANGAN.. .
KELIMPAHAN.. .
jangan sampai kita terlena... Kita mesti tetap hati-hati...

Atau bisa juga begini kali ya : mengalahkan kekerasan hati dengan kelembutan seringkali lebih efektif dan berhasil daripada dengan kekerasan dan pemaksaan.....:))

Cara Alam Menghibur


Pernahkah kita mengalami ketika hujan deras mengguyur, kita lupa membawa payung. Lalu kita pun berbasah kuyup kedinginan. Namun, ketika kita siapkan jas hujan, justru panas dan terik datang membakar hari. Sebalkah anda?

Atau mungkin kita pernah terburu-buru mengejar waktu, tetapi perjalanan malah tersendat, seolah membiarkan kita terlambat. Namun, ketika kita ingin melaju dengan tenang, pengendara lain malah membunyikan klakson agar kita mempercepat langkah. Sebalkah anda?

Mengapa keadaan seringkali tidak bersahabat? Mereka seakan meledek, mengecoh, bahkan tertawa terbahak-bahak. Inikah yang disebut dengan “ketidakmujuran”?

Sadari saja, itu adalah cara alam menghibur kita. Itulah cara alam mengajak kita tersenyum, menertawakan diri kita sendiri, dan bergurau secara nyata. Kejengkelan itu muncul dari karena kita tak mencoba bersahabat dengan keadaan. Kita hanya mementingkan diri sendiri. Kita lupa bahwa jika toh keinginan kita tidak tercapai, tak ada salahnya kita menyambutnya dengan senyum, meski secara kecut…